Snellen chart adalah poster yang berfungsi untuk
mendeteksi tajam penglihatan seseorang. Berhubung ada perbedaan antara
sistem pengukuran yang dipakai di Indonesia (juga sebagian besar negara lain di
dunia) dan Amerika Serikat, Snellen chart ini pun terdapat dalam dua
versi angka. Yang satu dalam angka metrik dan yang satu lagi dalam angka
imperial. Snellen chart metrik dinyatakan dalam pembanding 6 meter (6/6, 6/9,
6/12, dan seterusnya sampai 6/60). Sedangkan Snellen chart imperial
adalah seperti yang terdapat di gambar di bawah ini. Angkanya dinyatakan dalam
pembanding 20 kaki (20/20 sampai 20/200). Apakah 20 kaki sama dengan 6 meter?
Sebenarnya tidak: 20 kaki sama dengan 6 meter lebih 10 cm (tepatnya 609.6 cm).
Tapi tentu saja kelebihan 10 cm itu boleh diabaikan.
Lalu apa fungsi angka pecahan yang ada di samping tiap
baris? Dalam pemeriksaan tajam penglihatan, angka yang berperan penting adalah
angka di sebelah baris terbawah yang bisa dibaca oleh subjek. Misalnya subjek
hanya bisa membaca sampai baris 6/9. Ini berarti orang dengan tajam penglihatan
normal sudah dapat membaca baris tersebut pada jarak 9 meter. Sementara itu
subjek baru dapat membacanya pada jarak 6 meter. Semakin tinggi letak baris
terbawah yang bisa dibaca oleh subjek, berarti semakin buruk tajam
penglihatannya.
Subjek yang tidak dapat membaca sampai dengan baris 6/6
(atau 20/20) mungkin mengalami gangguan penglihatan karena penyakit organik
pada mata, atau gangguan refraksi murni. Penyakit organik pada mata berarti ada
kelainan struktural yang mengakibatkan tajam penglihatan menurun. Misalnya ada
kerusakan pada kornea ataupun kekeruhan pada lensa (pada katarak). Namun pada
gangguan refraksi murni, tidak ada kelainan struktural yang ditemukan pada
mata. Untuk membedakan keduanya digunakan pemeriksaan pinhole. Pinhole adalah
sebuah layar hitam dengan lubang kecil di tengah yang dipasang di depan mata
yang diperiksa. Jika tajam penglihatan membaik dengan bantuan pinhole,
berarti tidak ada kelainan struktural pada mata.
Jika seseorang tidak dapat membaca Snellen chart sama
sekali bahkan dengan bantuan lensa, pemeriksaan selanjutnya adalah hitung jari
(count fingers). Orang normal dapat menghitung jari pada jarak 60 meter. Jadi
apabila subjek baru dapat menghitung jari pada jarak 2 meter, berarti tajam
penglihatannya 2/60. Pemeriksaan berikutnya adalah lambaian tangan (hand motion).
Orang normal dapat melihat lambaian pada jarak 300 meter. Sama seperti hitung
jari, apabila subjek baru dapat melihat lambaian pada jarak 1 meter, berarti
tajam penglihatannya 1/300. Pemeriksaan terakhir adalah ada atau tidaknya
persepsi sinar (light perception). (jarak antara penempatan poster snellen dengan Subyek/orang
yang diperiksa sejauh 6 m)
Snellen chart dinamai menurut penemunya, yaitu seorang
dokter mata dari Belanda bernama Hermann Snellen. Oleh WHO, seseorang yang tidak dapat membaca huruf teratas
pada Snellen chart setelah dibantu dengan kacamata sudah dianggap buta secara
hukum. Di lain pihak, cukup banyak orang miopia yang tidak mampu membaca huruf
teratas pada Snellen chart tanpa bantuan kacamata. Orang-orang seperti ini
tidak termasuk di dalam kategori buta secara hukum itu, karena setelah dibantu
kacamata mereka umumnya tidak bermasalah untuk membaca huruf di baris 6/6 atau
bahkan di bawahnya.
Pada sebagian Snellen chart, ada baris 6/5, 6/4, dan
6/3 (seperti yang terlihat pada gambar). Namun jika dalam aspek peresepan
kacamata, baris-baris tersebut tidak bermakna.
Snellen chart dianggap kurang objektif dalam menilai
tajam penglihatan, karena jumlah huruf yang berbeda-beda pada tiap baris dan
jarak huruf yang semakin dekat pada baris-baris bawah.
Untuk anak yang belum dapat membaca ataupun orang buta
huruf, seluruh huruf di Snellen chart diganti dengan huruf E. Subjek diminta
mengatakan ke mana arah huruf E membuka. Chart modifikasi ini disebut
juga Tumbling-E chart. Khusus untuk anak juga kadang dipakai poster
bergambar (Allen chart) atau HOTV chart (Snellen chart yang hanya berisi
huruf H, O, T, dan V).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar