Rabu, 18 Agustus 2010

Ikhlas atas Kegagalan Cinta


Ikhlas adalah perbuatan yang paling mulia yang perlu kita tananmkan dalam setiap desah nafas. Kriteria ikhlas adalah, (1) Semata-mata dilakukan karena Allah. (2) Tidak menyekutukan Allah. (3) Niat semata-mata mengharap ridha Allah, menyerahkan semuanya kepada Allah, dan meyakini bahwa semuanya milik Allah dan kembali kepada Allah jua. (4) Mencintai Allah dan menjadikan sebagai satu-satunya sandaran dan harapan. (5) Tidak riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar).

Abu Umamah meriwayatkan, bahwa seseorang telah menemui Rasulullah SAW dan bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapatkan pahala?"

Rasululllah SAW menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa".

Orang tersebut mengulangi pertanyaannya sebanyak 3 kali, dan Rasululllah SAW pun tetap menjawab, "Ia tidak akan mendapatkan apa-apa". Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap wajah-Nya", (H.R. Abu Dawud dan Nasa’i).

Betapa lezatnya menjadi orang yang ikhlas. Buah hasilnya pun tak terhingga, termasuk pahala yang diperoleh. Allah berfirman, "Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)", (Q.S. 5 : 85).

Ketika kita kehilangan laki-laki yang dicintai beralih kepada orang lain, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki itu dengan mengatur masanya, membatasi waktunya. Jika Allah menghendaki untuk mengambilnya, maka kita harus ikhlas melepaskannya, karena bagaimanapun ini adalah sesuatu yang diamanahkan Allah yang terbatas dimensi ruang dan waktu.

Yakinlah, jika kita ikhlas didasari kesabaran, maka kita akan semakin sadar bahwa sesungguhnya semua apa yang kita miliki, yang kita lakukan, yang kita nikmati adalah atas kehendak Allah. Begitu juga jika Allah mengambilnya, mengakhirinya, ataupun mengalihkannya. Dan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik.

Allah SWT berfirman, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk", (Q.S. 2 : 155-157).

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" artinya, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali". Kalimat ini dinamakan kalimat istirja (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya, baik besar maupun kecil.

Berikut ini adalah uraian tentang gambaran ‘cinta’ yang mudah-mudahan bisa memotivasi kita agar ikhlas terhadap kejadian yang sudah dialami.

(1) Hidup Adalah Pilihan

Jika iblis dan setan hanya dihadapkan pada 1 pilihan yakni pembangkangan/penggodaan, malaikat pun hanya dihadapkan pada 1 pilihan yakni ketaatan, maka manusia dihadapkan kepada 2 pilihan. "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan". (Q.S. 90 : 10). Ada pilihan jalan baik dan buruk, kanan atau kiri, mulus atau gradagan. "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya". (Q.S. 91 : 8).

Bagaimanapun, terasa betapa indah dan mulianya menjadi sosok manusia yang lebih tertantang menempuh jalan pilihan. KARENA PILIHAN ITULAH MENJADIKAN MANUSIA SEMAKIN CERDAS. Dengan pilihan itulah mengakibatkan manusia melakukan continuous improvement.

So, perubahan tak bisa dihindari. Akan ada dan mesti ada. Walau sedikit demi sedikit, bertahap, dimulai dari yang sederhana, tanpa di-ntar besok lusa-kan, namun sangat bermakna. Thus, tuk meraih semua itu perlu dilandasi sifat ikhlas kepada Dzat Yang Menggerakkan setiap insan.

(2) Model-model Cinta

Tidak ada yang salah dengan cinta, karena ia karunia Allah yang diberikan kepada setiap insan. UNTUK MEMPEROLEH CINTA YANG DIRIDHOI ALLAH, KITA AKAN MENGALAMI BEBERAPA PROSES CINTA. Bisa berkali-kali, hitam-putih, atau tak kunjung jua mendapatkannya, tetapi akhirnya langsung menemukan cinta yang benar-benar cinta.

Model-model cinta tersebut hanyalah variasi proses belaka. Yang jelas, kita harus menyerahkan tentang cinta itu kepada Allah. Biarlah Allah yang mengatur, membimbing, dan menentukan cinta untuk kita. Jalanilah yang ada dengan niat baik, berusaha, dan berdo’a serta bertawakkal pada-Nya.

(3) Tahta Cinta (Jatah & Quota Cinta)

Memang cinta bertahta dalam hati. Ketulusan cinta terpancar dari hati. Biarlah hati yang mengangguk. Memberikan jawaban. Karena tiap manusia dikasih hati, jadi jangan takut gak kebagian cinta. Jatah cinta selalu ada. ALLAH MENYEDIAKAN CINTA MELEBIHI QUOTA. Pada gilirannya cinta itu kan kau jelang... (

(4) Air Cinta

Dengan air (ma'/water), bumi tumbuh subur menghasilkan banyak rizki (QS 2:22). Semua jenis hewan (daabbah) pun berasal dari air (QS 24:45). Water berasal dari bumi tempat kita berpijak. Ia menguap/naik ke langit, menggumpal, mencair, dan menjadikan hujan. Sementara bulan (qomar/moon) hanyalah benda langit yang gelap tak bercahaya tanpa mendapatkan pantulan sinar matahari ke bumi. Tak ada air. Tak ada sumber kehidupan. So...

"Air adalah sumber kehidupan. Berasal dari bumi dan kembali lagi ke bumi. Ia laksana cinta. CINTA SEMAKIN DICARI, SEMAKIN TIDAK DITEMUKAN, KARENA CINTA TIDAKLAH JAUH. Cinta ada di lubuk hati. Di tempat kita berpijak. Biarkan cinta hadir dengan jati dirinya, apa adanya...". (Ustadz AMC)

(5) Ketulusan Cinta

Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, Dia memberikan ujian dan cobaan. Banyaknya ujian dan cobaan menunjukkan ke-Maha Rohman Rohim-an Allah. Begitupun dengan ‘cinta’. Untuk meraih ketulusan cinta dibutuhkan pengorbanan, tanpa pernah bosan, tak pernah mundur teratur dan balik kanan, serta selalu melibatkan Allah. Cinta yang tulus adalah cinta yang didasari karena Allah.

Ketulusan itu sendiri membutuhkan proses dalam menembus dimensi ruang dan waktu. ALANGKAH BAHAGIANYA ORANG YANG PERNAH MERASAKAN KETIDAKTULUSAN CINTA, PENDUSTAAN CINTA, PENODAAN CINTA, DAN PENGHIANATAN CINTA, KARENA DENGAN BEGITU DIA AKAN MEMAHAMI APA ARTI KETULUSAN CINTA SEKALIGUS AKHIRNYA AKAN MENEMUKANNYA.

Meski cinta yang tulus cuma 1 dari seribu bahkan sejuta, namun bukan berarti ‘GAK ADA’. Meski sangat sulit meraih cinta yang tulus, tapi cinta itu akan menghampiri dan bertahta. Selama ‘hati’ masih ada, selama itulah cinta yang tulus masih eksis. Cinta yang bukan sementara. Bukan sekedar cinta kemarin atau hari ini. Namun cinta yang berdimensi ke depan. Dunia-akhirat. Endless love....

(6) Sentuhan ‘Zikir-zikir Cinta’

Kesucian hati karena disirami dengan zikir. Ia akan mentransformasi-kannya ke dalam pikiran. Ketulusan cinta datangnya dari hati. Cinta adalah sosok yang tegar, komit, konsisten, sabar, ngegemesin, unik, sekaligus luchu. Ia sosok yang bisa menempatkan diri, mau dibawa ke manapun, dan tetap loyal.

KARENA CINTA ADA DI HATI, IA PUN PERLU DISIRAMI DAN DI-MAINTAIN DENGAN SENTUHAN ‘ZIKIR-ZIKIR CINTA’ OLEH SI EMPUNYA CINTA. Jika tidak demikian, variabel-variabel cinta akan nongol dan ikut nimbrung… (Ustadz AMC)

(7) Masa Uji Berlaku Cinta

Cinta hanyalah makhluk. Begitupun the lovers. Ia bersifat fana. Hanya khalik, Sang Pemberi Cinta yang kekal. Abadi. Meski terbatas dimensi ruang dan waktu, ya Allah izinkanlah paling tidak masa uji berlaku ketulusan cinta adalah dunia-akhirat...

(8) Kualifikasi Cinta

Cinta sesama manusia mengenal variabel-variabel cinta. Memandang instrumen-instrumen cinta yang terlalu sarat dengan gelayut-gelayut potensi ketidakabsahan cinta. Terlalu sesak dengan kualifikasi-kualifikasi yang bisa menodai cinta. Terlalu rumit dengan aksesoris menuju kepalsuan cinta.

CINTA PADA ALLAH, TANPA SYARAT, TANPA EMBEL-EMBEL. ASLI, LILLAHITA’ALA...

"...tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu...". (Q.S. 49 : 7)

Ketika Allah menganugerahkan cinta yang tulus, sambutlah... barangkali ia hadir tanpa test menawarkan keserasian, iman yang mengakar di hati, dan lolos kualifikasi keridhoan Allah...

(9) Kejiwabesaran Cinta

Cinta yang tulus membutuhkan pengorbanan, meski harus mengorbankan diri cinta itu sendiri. Cinta harus siap-siap rela kehilangan orang yang dicintainya mencintai orang lain.

Yang cinta tahu, bahwa cinta sejati mengenal ‘kejiwabesaran cinta’, tatkala cinta harus tetap tersenyum dan turut berbahagia pada orang yang dicintai. Cinta sejati pun bisa bilang bahwa "kebahagiaan cinta tatkala kamu bahagia dengan orang lain".

Ini bukanlah kekalahan, namun kemenangan yang sejati, karena CINTA MASIH CINTA, CINTA TETAP CINTA MESKI TAK BISA MEMILIKI. Cinta merasa bahagia bisa mengantarkan orang yang dicintai ke gerbang kesuksesan, saat yang dicintai mereguk kebahagiaan.

(10) Kebohongan Cinta

Jika cinta hanya sebatas ucapan memang bisa saja lidah tak bertulang. Ketulusan cinta bersumber dari hati yang tidak bisa dibohongi dan diwujudkan dengan realita seperti rasa care dan berkorban. Laki-laki yang gentle adalah yang tidak main-main, tidak hanya untuk pacaran semata, Tetapi dengan tegas untuk melamar dan menikahi... dan cintanya dilandasi karena allah, penuh dengan keridhaan-Nya...

(11) Pembunuhan Cinta

Tiap insan tidak dapat terlepas dari cinta, karena memang berhak tuk mendapatkannya. Cinta pun berhak dan pantas bersemayam dan bertahta di hati. KETIKA KITA BERTEKAD, BERJANJI BAHKAN BERSUMPAH UNTUK TIDAK LAGI BERURUSAN DENGAN CINTA, BERARTI KITA MENUTUP RUANG CINTA UNTUK HATI KITA. Dengan kata lain, kita membunuh ‘cinta’ yang jelas-jelas polos dan tak bersalah untuk menunjukkan eksistensinya.

However, cinta adalah anugerah Allah yang sama-sama makhluk-Nya. Sebagai Dzat Pemberi cinta, sudah seharusnya kita merengkuh cinta-Nya sehingga cinta yang benar-benar cinta bisa kita raih...

(12) Ke-gentle-an Cinta

Ke-gentle-an cinta nampak saat lamaran dikumandangkan sebagai keseriusan dalam memasuki mahligai pernikahan. Bila tidak demikian, orientasi dan juntrungan cinta tak tentu arah. Tidak jelas pertanggung-jawabannya. Sementara masa-masa ‘pacaran’ adalah masa eksploitasi sekaligus ekspresi perasaan yang sarat dengan pertanyaan tentang ketulusan sekaligus kelebayan cinta, mengagungkan cinta sekaligus mencampakkannya, dan kejujuran cinta sekaligus perlidah-tak-bertulangan cinta bak roman picisan.

Saat lalui persimpangan, liku-liku, dan warna-warni cinta, itu hanyalah sekelumit episode dalam pedewasaan cinta. Dari sinilah seleksi ke-gentle-an cinta dipertaruhkan. Kita memang akan bertemu dengan ketidaktepatan, kepalsuan dan kesementaraan cinta sebelum meraih keabsahan cinta, kesetiaan cinta. Jangankan masih masa penjajagan, atau masa pendalaman, atau ‘masa tunangan’, H-1 bahkan detik-detik sebelum menikah pun cinta bisa pudar, bias, atau tidak terpaut.

Saat mengalami ‘putus cinta di batas kota’ dan merasakan kegagalan cinta, kerapkali membuat hati gundah gulana, mengurung diri, trauma, tidak mau makan minum, kesal, marah dan menyalahkan ‘hakikat’ cinta. Padahal orang yang sedang dipikirkan yang membuat sebel sedang ‘memadu kasih’ dengan orang lain. Dalam kondisi ini, kita dihadapkan kepada 3 model yaitu, berusaha comeback untuk melanjutkan lagi titian cinta, berusaha mendapatkan yang baru, atau off dari pergulatan dan peredaran cinta.

Walaupun cinta memiliki kesamaan dengan dunia dan isinya yang sama-sama makhluk, fana, binasa, namun cinta masih memiliki ruang dan kesempatan sebelum bumi berguncang. Kesempatan mendapat-kan cinta yang tulus masih terbuka lebar.

YANG TERPENTING ADALAH RASA IKHLAS KETIKA CINTA YANG TULUS BELUM KITA RAIH. BAHKAN TETAP BERDO’A DAN SUPPORT AGAR ORANG YANG KITA CINTAI YANG TELAH MEMBUAT KITA TERLUKA BISA MENEMUKAN ORANG LAIN YANG LEBIH COCOK, SESUAI JALUR. JIKA DEMIKIAN, MAKA KITA AKAN MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK BAHKAN YANG TERBAIK, SEHINGGA SAMA-SAMA MEREGUK KEBAHAGIAAN WALAU TIDAK MENYATU, BERADA DI TEMPAT YANG BERBEDA. THUS, SAMA-SAMA TERSENYUM MERAIH CINTA DALAM NAUNGAN ANUGERAH CINTA-NYA ALLAH…

Ada beberapa langkah yang bisa Mbak lakukan agar ikhlas dalam menghadapi kenyataan hidup, seperti :

(1) Mohon ampun, bertaubat, dan melakukan perbaikan. Jadikanlah masa lalu sebagai pelajaran.

Allah berfirman, "Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar", (Q.S. 4 : 146).

Mengadakan perbaikan berarti berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

(2) Latihan untuk ikhlas, yang penting ada keinginan dan komitmen.

Tentang ikhlas dan tidak menyekutukan Allah bisa dilihat seperti pada Q.S. 2 : 165, 40 : 14, 98 : 5, 112 : 1-4.

Nabi bersabda, "....sesungguhnya Allah SWT tidak menerima amal itu, kecuali amal dari orang yang ikhlas dan yang mengharap keridhoan-Nya", (H.R. Abu Dawud dan Nasa’i).

Tetap berusaha dan berlatih untuk menjadi orang yang ikhlas. Salah satu caranya adalah dengan tidak terlalu memaksakan diri agar berjodoh dengan laki-laki itu, dan mengikhlaskan laki-laki itu berjodoh dengan wanita lain.

Allah berfirman, "Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya", (Q.S. 18 : 103-104).

(3) Selalu bersabar, karena setiap ujian apapun adalah berita gembira bagi orang yang bersabar.

(4) Ambilah hikmah dari kejadian tersebut dan jadikan pelajaran berharga.

Di balik ujian ada kenikmatan terpendam yang Allah berikan.

Allah berfirman, "…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui", (Q.S. 2 : 216).

(5) Selalu berdo’a kepada Allah dengan penuh pengharapan dan keyakinan agar selalu diberikan jalan, kemudahan, dan rasa ikhlas.

Do’a yang bisa diamalkan seperti :

"...Robbi auzi’ni an-asykuro ni’matakallati an’amta ‘alayya wa ‘ala walidayya wa an a’mala sholihan tardhohu wa adkhilni bi rohmatika fi ‘ibadikash sholihin", "Ya Robb-ku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh", (Q.S. 27 : 19).

"Allahumma inni a’udzubika an usyrika bika wa ana a’lamu wa astaghfiruka lima la a’lamu", "Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui", (H.R. Ahmad).

"Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kekufuran, kefasikan, kemunafikan dan riya", (H.R. Hakim).

"Ya Allah, sesunggguhnya aku mohon kepada-Mu pengampunan, keselamatan dan keyakinan di dunia dan di akherat kelak", (H.R. Muslim).

Mudah-mudahan Allah memberikan perlindungan, karunia dan keberkahan-Nya, sehingga kita dapat selalu ikhlas dan tetap yakin bahwa ‘cinta’ yang diridhoi Allah akan diraih bersama terbitnya mentari pagi…

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.