PENGERTIAN
· Kejang adalah gangguan sistem SSP lokal atau sistemik sehingga kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan adanya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang.
· Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya kesadaran.
· Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu rectal diatas 38°C atau suhu tubuh diatas 39°C yang disebabakan oleh proses Ekstra Kranium (diluar rongga tengkorak).
· Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980),
· Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38oC), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
ETIOLOGI
1. Gangguan vaskuler
a. Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra ventrikuler.
b.Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di sub kranial atau subdural.
c. Trombosis
d. Penyakit perdarahan seperti defiasiensi vitamin K
e. Sindroma hiperviskositas
2. Gangguan metabolisme
a. Hipokalsemia
b.Hipomagnesemia
c. Hipoglkemia
d. Amino Asiduria
e. Hipo dan hipernatremia
f. Hiperbilirubinemia
g.Difisiensi dan ketergantungan akan piridoksin.
3. Infeksi
a. Meningitis
b.Enchepalitis
c. Toksoplasma kongenital
d. Penyakit cytomegali inclusion
4. Toksik
a. Obat konvulsion
b.Tetanus
c. Echepalopati timbal
d. Sigelosis Salmenalis
5. Kelainan kongenital
a. Paransefali
b.Hidrasefali
6. Lain- lain
a. Narcotik withdraw
b.Neoplasma
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain :
1. Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak
2. Efek product toksik dari pada mikroarganisme ( kuman dan virus ) terhadap otak.
3. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Enhepalitis vital ( radang otak akibat virus ) yang ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut diatas.
KLASIFIKASI
Secara umum dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Konvulsi akut ( Non rekuren)
Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak –anak dapat merupakan manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2 – 3 tahun pertama insidennya terus menerus mencapai usia 6 – 8 tahun dan sesudah itu kejang itu menjadi jarang.
2. Konvulsi kronik ( Rekuren )
Dapat juga disebut epilepsi, terdapat 10 macam epilepsi :
a. Epilepsi Idiopatik
Gambaran elektroenchepalografik terutama pada saat tidur, memperlihatkan abnormalitas umum pada 90 % anak dengan kejang idiopatik.
b. Epilepsi Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal, natal dan posnatal . anak sering memperlihatkan cacat motorik dan retardasi mental.
c. Epilepsi Tonik- Klonik
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik – klonik. Epilepsi ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien.lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah oleh kemih dappat terjadi 1 – 2 hari.
d. Epilepsi ( Absenses )Petit Mal
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas, gerakan alis mata, kepala mengangguk , anggukan kepala sedikit gemetar pada otot – otot badan dan anggota tubuh.
e. Epilepsi Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering kompleks,sering didapatkan kepucatan disekitar mulut, pekikan nyaring atau usaha minta pertolongan dan lain- lain.
f. Kejang Partial Vokal ( Epilepsi Jackson )
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu jari ke jari yang lain, pergelangan tangan, lengan, wajah dan kemudian kaku yang sama.
g. Kejang Mioklonik Infantil
Terjasdi sebelum usia 2 tahun dibagi menjadi 2 yaitu :
· Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat serebelum kongenital atau sebab organik lainnya.
· Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding usia kronologisnya.
h. Kejang Mioklonik dan Akinetik
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak.
i. Kejang Noktural
Mimpi buruk dan tidur berjalan ( somnambolisme ) paling sering terjadi pada saat tidur nyensyak yaitu 1- 2 jam setelah istirahat.
j. Kejang Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak belajar menarik perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mengubah sifat ini.
GAMBARAN KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kabanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik, tonik, klonik, vokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.
Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Menurut FKUI – RSCM Jakarta pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
PROGNOSIS
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas maka :
1. Dikemidian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 % saja.
2. Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersifat flaksit tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.
PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang secepat mungkin.
Bila penderita datang dalam keadaan stsatus konfusifus, obat pilihan utama adalah Diazepam yang diberikan secara IV, keberhasilannya dapat menekan kejang sekitar 80-90 % dengan efek terapeutik yang sangat cepat. Dosis obat tergantung dari berat badan yaitu :
a. BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam semprit 2,5 mg.
b. BB 10 – 20 kg : 0,5 mg /kg BB dengan minimal dalam semprit 7,5 mg.
c. BB diatas 20 kg : 0,5 mg /kg BB.
Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3 mg/kgBB tiap kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang.
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya kelainan metabolik dan elektrolit. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah Clorpromazin 2-4 mg/kgBB per hari dibagi dalam 3 dosis, Prometazon 4-6 mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis secara suntikan. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dan glukokortikoid.
3. Pengobatan rumatan.
Dibagi 2 bagian :
a. Profilaksis Intermiten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari dengan memberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretik.
b. Profilaksis jangka panjang.
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis yang terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari.
4. Mencari dan mengobati penyebab.
Pasien yang datang dengan kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan intensif seperti :
a. Pungsi lumbal.
b. Darah lengkap.
c. Gula darah.
d. Elektrolit (Kalium,Magnesium, Natrium)
e. Faal hati
f. Foto tengkorak.
g. EEG
h. Enchepalografi
PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada anak yang mengalami kejang :
1. Riwayat kesehatan bayi atau anak.
Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis, neoplasma, immunosupresi, infeksi telinga dalam ataum infeksi ekstra kranial (OMA), meningitis atau enchepalitis, tumor otak yang merupakan penyebab terjadinya kejang sehingga sangat perlu dilakukan anamnese.
2. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada anak yang mengalami kejang. Kejang terutama terjadi pada anak golongan umur 6 bulan – 4 tahun. Pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia anak dan organime penyebab, perubahan tingkat kesadaran, irritable, kejang tonik-klonik, tonik, klonik, takikardi, perubahan pola nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal.
3. Psikososial atau faktor perkembangan.
Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak merasa nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), mekanisme koping, pengalaman dengan penyakit sebelumnya.
4. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
5. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam
6. Lama berlangsungnya kejang.
7. Frekuensi terjadinya kejang dalam 1 tahun.
8. Adanya anggota keluarga yang pernah menderita kejang sebelumnya.
Pengkajian Neurologik
1. Tanda – Tanda Vital
Suhu, tekanan darah, denyut jantung, TD, Denyut nadi.
2. Hasil pemeriksaan kepala
a. Fontal : menonjol, rata, dan cekung.
b. Lingkar kepala ( di bawah umur 2 tahun )
c. Bentuk umum.
3. Reksi pupil
a. Ukuran
b. Reaksi terhadap cahaya
c. Kesamaan respons
4. Tingkat kesadaran
a. Kewaspadaan (respon terhadap panggilan dan perintah )
b. Iritabilitas
c. Letargi dan rasa mengantuk
d. Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
5. Afek
Alam perasaan, labilitas.
6. Aktivitas kejang
Jenis dan lamanya.
7. Fungsi sensoris
a. Reaksi terhadap nyeri
b. Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
a. Refleks tendo superfisial dan dalam
b. Adanya refleks patologik ( misalnya : Babinski )
9. Kemampuan intelektual
a. Kemampuan menulis dan menggambar
b. Kemampuan membaca
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak.
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme otot pernapasan, aspirasi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman, kurangnya informasi perawatan rumah.
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan dengan kehilangan kontrol dari tubuh, reaksi lingkungan terhadap anak.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi njury berhubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak.
Intervensi :
a. Pre Konvulsif
· Mengidentifikasi faktor resiko pre konvulsif untuk penyakit kejang
· Singkirkan benda – benda yang ada di sekitar anak yang dapat melukainya.
· Monitor cardiopulmonal secara terus – menerus
· Kaji kadar gula darah
· Sediakan dan dekatkan peralatan suction
· Sediakan O2 sesuai dengan indikasi
b.Konvulsif
· Baringkan anak ditempat yang rata.
· Catat waktu, durasi, bagian tubuh yang terlibat dan frekuensi kejang.
· Atur pemberian pengobatan ( contoh Diazepam )
· Pertahankan jalan nafas ( Airway )
· Pastikan klien dalam keadaan aman.
c. Post Konvulsi
· Monitor TTV dan kesadaran klien
· Pertahankan jalan nafas efektif.
· Setelah anak bangun dan sadar berikan minum hangat, cairan untuk rehidrasi.
· Sediakan oral hygiene.
· Apabila kejang terlalu lama atau terjadi kejang berulang, segera bawa anak ke RS untuk menghindari gejala sisa.
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme otot pernapasan, aspirasi.
Intervensi :
a. Baringkan pasien dengan sikap extensi / miringkan kepala klien untuk mencegah aspirasi.
b.Berikan O2 ( 1- 2 liter / menit ) bila berat, berikan hingga 4 liter.
c. Pada saat kejang berikan sudip lidah untuk mencegah supaya lidah tidak tergigit.
d. Lepaskan pakaian yang menggangu pernafasan ( misalnya ikat pinggang, gurita dan lain sebagainya ).
e. Observasi TTV secara kontinue setiap ½ jam.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman, kurangnya informasi perawatan rumah.
Intervensi :
a. Anjurkan orang tua mengenal kelainan alami kejang.
b.Diskusikan pengobatan, dosis, frekuensi, tujuan, efek samping, dan apa yang harus dilakukan jika terjadi kesalahan dosis.
c. Diskusikan rencana perawatan di rumah, serta perawatan selama kejang
d. Ajarkan kepada orang tua bagaimana cara mengobservasi dan menentukan pertolongan pertama yang aman dan legal.
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan dengan kehilangan kontrol dari tubuh, reaksi lingkungan terhadap anak.
Intervensi :
a. Jelaskan perilaku anak selama / setelah kejang kepada anak dan orang tua. Jangan sampai anak mengalami rasa malu akan perilakunya.
b.Informasikan kepada keluarga akan pentingnya memperlakukan anak–anak mereka seperti anak – anak yang lain.
c. Bantu orang tua untuk menentukan kegiatan perkembangan anak yang tepat.
d. Siapkan anak untuk menentukan atau melakukan kegiatan perkembangan anak yang tepat.
e. Dampingi anak / orang tua untuk mempergunakan sumber – sumber koping yang tepat.
EVALUASI
1. Anak terbebas dari cedera fisik.
2. Aktivitas kejang dapat dicegah atau dikendalikan.
3. Kerusakan sistem saraf otak tidak terjadi
4. Penurunan kesadaran tidak terjadi.
5. Anak memiliki harga diri dan citra diri yang meningkatkan kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar