Kamis, 09 September 2010

Penyakit-penyakit Yg Bisa Mempersulit Kehamilan

GAGAL JANTUNG

Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa sejumlah darah guna mencukupi kebutuhan tubuh.

Sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan, seorang wanita penderita gagal jantung akan semakin merasa cepat lelah meskipun dia cukup istirahat, menghindari stres, mengkonsumsi makanan yang bergizi, mengkonsumsi zat besi untuk mencegah anemia dan membatasi kenaikan berat badannya.

Saat-saat yang memerlukan perhatian khusus dimana tuntutan terhadap jantung sangat besar adalah pada kehamilan 28-34 minggu, selama persalinan dan segera setelah persalinan.
Penyakit jantung yang diderita ibu bisa mempengaruhi janin. Janin bisa meninggal ketika ibu mengalami serangan gagal jantung atau lahir prematur.

Persalinan dan bertambahnya jumlah darah dari rahim yang kembali ke jantung menyebabkan meningkatnya kerja jantung. Pada setiap kontraksi rahim, jantung memompa darah 20% lebih banyak.

Pada penderita gagal jantung yang berat, bisa diberikan obat bius epidural untuk mematikan rasa pada korda spinalis bagian bawah dan agar penderita tidak perlu mengedan selama proses persalinan berlangsung. Mengedan menyebabkan terganggunya penyerapan oksigen melalui paru-paru ibu sehingga jumlah oksigen yang sampai ke janin berkurang.
Bayi dilahirkan dengan bantuan forseps atau melalui operasi sesar.

PENYAKIT JANTUNG REMATIK

Penyakit Jantung Rematik adalah suatu komplikasi yang biasa ditemukan pada demam rematik, dimana satu atau beberapa katup jantung mengalami penyempitan, terutama katup mitral (stenosis katup mitral).

Kelainan yang timbul akibat penyempitan katup jantung akan semakin memburuk selama hamil.

Suatu katup yang menyempit menyebabkan meningkatnya denyut jantung, bertambahnya volume darah dan meningkatnya beban kerja jantung. Akibatnya cairan bisa mengalir balik ke paru-paru dan menyebabkan edema paru.

Seorang wanita yang menderita penyakit jantung rematik, sebelum hamil sebaiknya menjalani pembedahan untuk memperbaiki katup mitral.

Jika perlu, pembedahan bisa dilakukan ketika hamil, tetapi hal ini akan meingkatkan resiko kehilangan janin atau persalinan prematur.

Selama hamil, sebaiknya penderita membatasi aktivitas fisiknya sertaidak boleh terlalu lelah dan cemas.

Katup yang mengalami kerusakan lebih rentan terhadap infeksi, karena itu sebagai tindakan pencegahan diberikan antibiotik pada saat persalinan, 8 jam setelah persalinan dan setelah setiap tindakan yang menyebabkan meningkatnya resiko infeksi (misalnya pencabutan gigi atau ketuban pecah sebelum waktunya).

KELAINAN JANTUNG BAWAAN

Jika sebelum hamil kelainan jantung bawaan ini tidak menimbulkan gejala, maka resiko terjadinya komplikasi selama hamil tidak meningkat.

Jika kelainan ini mengenai sisi kanan jantung dan paru-paru (misalnya sindroma Eisenmenger dan hipertensi pulmoner primer), maka besar kemungkinannya penderita mengalami kolaps dan meninggal selama persalinan atau segera sesudahnya. Penyebab terjadinya kematian tidak diketahiu, tetapi resikonya cukup besar sehingga penderita tidak dianjurkan untuk hamil.

Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat kelainan katup jantung diberikan antibiotik.


PROLAPS KATUP MITRAL

Pada prolaps katup mitral, daun katup menonjol ke dalam atrium kiri selama kontraksi ventrikel, kadang menyebabkan kebocoran (regurgitasi) sejumlah kecil darah ke dalam atrium.

Prolaps katup mitral lebih sering ditemukan pada wanita muda dan cenderung diturunkan.
Gejalanya adalah murmur, palpitasi (jantung berdebar) dan kadang ketidakteraturan irama jantung.

Selama hamil, kebanyakan wanita penderita penyakit ini tidak mengalami komplikasi. Tetapi selama proses persalinan biasanya diberikan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) untuk mencegah infeksi pada katup jantung.


TEKANAN DARAH TINGGI

Jika seorang wanita yang memiliki tekanan darah agak tinggi (140/90 - 150/100 mm Hg) hamil, biasanya dokter menghentikan pemakaian obat-obatan untuk menurunkan tekanan darahnya. Kerugian yang ditimbulkan oleh obat terhadap janin lebih tinggi dibandingkan keuntungan yang diperoleh ibu.

Untuk membantu mengontrol tekanan darahnya, penderita dianjurkan untuk membatasi asupan garam dan mengurangi aktivitas fisik.

Wanita hamil yang menderita hipertensi sedang (tekanan darah tinggi sedang, yaitu 150/90 - 180/110 mm Hg), seringkali harus terus mengkonsumsi obat anti-hipertensi.

Obat anti-hpertensi yang biasanya diberikan kepada wanita hamil adalah metildopa dan hidralazin. Diuretik (obat yang bisa membuang kelebihan cairan dalam tubuh) tidak digunakan karena bisa menghambat pertumbuhan janin.

Setiap bulan dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan pemantauan pertumbuhan janin dengan USG. Persalinan biasanya dimulai (diinduksi) pada kehamilan 38 minggu.

Wanita hamil yang menderita hipertensi berat (diatas 180/110 mm Hg) memerlukan perawatan khusus.

Kehamilan bisa semakin memperburuk hipertensi dan mungkin akan menyebabkan pembengkakan otak (stroke).

Pada wanita penderita hipertensi berat lebih sering terjadi abrupsio plasenta (pelepasan plasenta sebelum waktunya), yang menyebabkan terputusnya pasokan oksigen dan zat gizi ke janin sehingga janin bisa meninggal.

Bahkan meskipun tidak terjadi abrupsio plasenta, hipertensi bisa menyebabkan berkurangnya pasokan darah ke janin sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat.

Jika kehamilan ingin dilanjutkan, biasanya harus diberikan obat anti-hipertensi yang lebih kuat. Untuk melindungi janin dan ibu, biasanya penderita harus dirawat di rumah sakit. Jika kondisinya semakin memburuk, disarankan untuk mengakhiri kehamilan guna menyelamatkan ibu.


ANEMIA

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) di bawah normal.

Sebagian besar wanita hamil mengalami anemia yang tidak membahayakan. Tetapi anemia akibat kelainan bawaan pada hemoglobin bisa mempersulit kehamilan.
Kelainan tersebut meningkatkan resiko penyakit dan kematian pada bayi baru lahir dan meningkatkan penyakit pada ibu.

Wanita penderita penyakit sel sabit memiliki resiko mengalami infeksi selama hamil. Yang paling sering ditemukan adalah pneumonia, infeksi saluran kemih dan infeksi rahim.
Sekitar sepertiga wanita hamil yang menderita penyakit sel sabit, selama hamil mengalami hipertensi. Selain itu, sering terjadi krisis sel sabit.
Juga bisa terjadi gagal jantung dan emboli paru.

Semakin berat keadaan penyakit ini sebelum hamil, maka semakin tinggi resiko terjadinya komplikasi dan kematian selama hamil.

Untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi, diberikan transfusi darah guna mempertahankan kadar hemoglobin.


PENYAKIT GINJAL

Seorang wanita yang sebelum hamil menderita penyakit ginjal berat tidak mungkin bisa mengandung bayinya sampai cukup matang untuk dilahirkan.
Tetapi beberapa wanita yang secara rutin menjalani dialisa akibat gagal ginjal dan banyak wanita yang telah menjalani pencangkokan ginjal bisa melahirkan bayi yang sehat.

Wanita hamil yang menderita penyakit ginjal biasanya memerlukan perawatan dari ahli ginjal dan ahli kandungan. Secara rutin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, tekanan darah dan berat badan.
Asupan garam dibatasi. Pemberian diuretik membantu mengendalikan tekanan darah dan edema.
Penderita seringkali harus dirawat di rumah sakit setelah kehamilan mencapai 28 minggu. Persalinan dini harus dilakukan untuk menyelamatkan bayi dan biasanya dilakukan melalui operasi sesar.


PENYAKIT INFEKSI


Infeksi saluran kemih sering terjadi selama hamil, kemungkinan karena uterus yang membesar memperlambat aliran air kemih (menekan ureter).

Jika aliran air kemih lambat, bakteri tidak bisa dibuang dari saluran kemih sehingga menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya infeksi.
Infeksi yang terjadi meningkatkan resiko terjadinya persalinan dini dan pecahnya ketuban sebelum waktunya.

Kadang infeksi pada kandung kemih atau ureter menyebar ke saluran kemih dan sampai ke ginjal, menyebabkan infeksi ginjal. Untuk mengatasinya diberikan antibiotik.

Beberapa infeksi yang berbahaya bagi janin:

# Campak Jerman (rubella) : infeksi virus yang merupakan penyebab utama dari cacat bawaan, terutama pada jantung dan telinga bagian dalam.
# Infeksi sitomegalovirus: bisa melewati plasenta dan merusak hati janin.
# Toksoplasmosis : bisa menginfeksi dan merusak otak janin. Wanita hamil sebaiknya menghindari kucing dan kotoran kucing karena bisa menularkan toksoplasmosis.
# Hepatitis infeksiosa.

nfeksi klamidia bisa menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya dan persalinan dini.
Pada persalinan melalui vagina, herpes genitalis bisa ditularkan pada bayi. Jika seorang wanita hamil memiliki luka herpes, biasanya dianjurkan untuk menjalani operasi sesar untuk mencegah penularan penyakit pada bayinya.

Infeksi HIV (human immunodeficiency virus, virus penyebab AIDS) merupakan masalah utama dalam kehamilan. Sekitar 25% wanita hamil y ang menderita infeksi ini menularkannya kepada janinnya.

Sedini mungkin diberikan AZT (zidovudin) yang bisa menurunkan angka penularan kepada janin.

Jika terinfeksi, maka bayi segera menjadi sakit berat dan biasanya meninggal akibat komplikasi AIDS sebelum usianya mencapai 2 tahun.


DIABETES

Diabetes adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah (glukosa) sangat tinggi.

Berbagai perubahan yang terjadi selama kehamilan menyebabkan semakin sulit untuk mengendalikan gula darah pada wanita penderita diabetes.
Perubahan kadar dan jenis hormon yang dihasilkan selama kehamilan bisa menyebabkan resistensi terhadap insulin sehingga kebutuhan tubuh akan insulin meningkat.

Diabetes yang bermula atau pertama kali muncul selama kehamilan (diabetes gestasional) terjadi pada 1-3% kehamilan.

Wanita hamil secara rutin menjalani penyaringan untuk diabetes gestasional. Setelah persalinan biasanya diabetes ini akan menghilang.

Diabetes yang tidak terkontrol bisa membahayakan janin dan ibunya.
Selama hamil, diberikan suntikan insulin karena obat anti-diabetes yang diminum bisa membahayakan janin.

Diabetes menyebabkan meningkatnya resiko infeksi, persalinan dini dan tekanan darah tinggi akibat kehamilan.

Jika hipertensi terkendali, maka kehamilan tidak akan memperburuk penyakit ginjal akibat diabetes dan jarang terjadi komplikasi ginjal.

Bayi yang dilahirkan oleh penderita diabetes biasanya sangat besar meskipun selama hamil kadar gula darah ibunya normal atau mendekati normal.
Kelainan bawaan kemungkinan besar terjadi jika diabetes selama kehamilan 6-7 minggu tidak terkontrol dengan baik.

Pada kehamilan 16-18 minggu dilakukan pengukuran kadar alfa fetoprotein (protein yang dihasilkan oleh janin) dalam contoh darah ibu.

Kadar alfa fetoprotein yang tinggi menunjukkan adanya spina bifida (perkembangan tulang belakang dan korda spinalis yang tidak sempurna), sedangkan kadar yang rendah menunjukkan sindroma Down.

Untuk mengetahui cacat bawaan lainnya, dilakukan pemeriksaan USG pada kehamilan 20-22 minggu.

Sebagian besar penderita diabetes bisa melahirkan bayinya secara normal.
Tetapi jika keadaan kesehatannya tidak memungkinkan atau diabetesnya selama hamil tidak terkontrol, tidak disarankan untuk melahirkan secara normal. Pada kasus seperti ini dilakukan amniosentesis untuk menilai kematangan paru-paru janin, sehingga bayi bisa dilahirkan secara dini melalui operasi sesar.

Operasi sesar juga dilakukan jika bayinya terlalu besar sehingga tidak dapat melewati jalan lahir atau mempersulit persalinan.

Kehamilan yang terlalu lama bisa membahayakan janin dari penderita diabetes. Biasanya persalinan terjadi pada atau sebelum 40 minggu.
Jika sampai 40 minggu belum juga lahir, dilakukan induksi dengan cara memecahkan ketuban dan memberikan oksitosin intravena atau dilakukan operasi sesar.
Jika kehamilan terus dibiarkan sampai lebih dari 42 minggu, bayi bisa meninggal dalam kandungan.

Segera setelah persalinan, banyak penderita yang tidak memerlukan insulin. Wanita yang sebelum hamil menderita diabetes, setelah persalinan kebutuhannya akan insulin menurun drastis, lalu secara bertahap meningkat lagi setelah sekitar 72 jam.

Bayi yang lahir dari penderita diabetes memiliki resiko menderita gangguan pernafasan, kadar gula darah dan kalsium yang rendah, sakit kuning dan jumlah sel darah merah yang meningkat. Kelainan ini bersifat sementara dan bisa diobati.


PENYAKIT TIROID

Kadar hormon tiroid yang tinggi selama hamil paling sering disebabkanoleh penyakit Grave atau tiroiditis.

Penyakit Grave terjadi akibat adanya antibodi yang merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan sejumlah besar hormon tiroid. Antibodi ini bisa melewati plasenta dan menyebabkan meningkatnya aktivitas tiroid pada janin, sehingga denyut jantung janin menjadi cepat (lebih dari 160 kali/menit) dan pertumbuhannya terhambat.

Kadang penyakit Grave menghasilkan antibodi yang dapat menghambat pembentukan hormon tiroid. Antibodi ini bisa melewati plasenta dan menghalangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid janin sehingga jumlah hormon tiroid tidak memadai (hipotiroidisme). Hipotiroidisme bisa menyebakban suatu bentuk keterbelakangan mental yang disebut kretinisme.

Untuk mengobati penyakit Grave biasanya diberikan propiltiourasil dosis rendah. Pemberian obat ini disertai dengan pemantauan ketat, karena propiltiourasil bisa melewati plasenta dan menghalangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid janin.
Penyakit Grave seringkali membaik pada trimester ketiga sehingga dosisnya bisa dikurangi atau pemakaiannya dihentikan.

Kadang dilakukan tiroidektomi (pengangkatan kelenjar tiroid) pada trimester kedua. 24 jam setelah pembedahan, penderita harus mulai mengkonsumsi hormon tiroid dan terus mengkonsumsi hormon tiroid seumur hidupnya. Hormon ini hanya menggantikan hormon yang seharusnya dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan tidak menimbulkan gangguan pada janin.

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di leher.
Selama hamil, peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan timbulnya gejala yang bersifat sementara dan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus.

2 penyebab utama dari rendahnya kadar hormon tiroid adalah tiroiditis Hashimoto (yang disebabkan oleh antibodi yang menghambat pembentukan hormon tiroid) dan pengobatan terhadap penyakit Grave.

Untuk mengatasinya diberikan tablet hormon tiroid.


PENYAKIT HATI

Wanita penderita hepatitis aktif kronis dan terutama yang telah membentuk sirosis seringkali sulit hamil. Jika bisa hamil, kemungkinan akan keguguran atau persalinan prematur.

Kehamilan bisa memperburuk penyumbatan aliran empedu pada sirosis bilier primer, kadang menyebakan sakit kuning atau air kemih yang berwarna gelap, tetapi hal ini akan menghilang setelah persalinan.
Pada penderita sirosis, kehamilan menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan hebat pada varises di sekitar kerongkongan, terutama pada trimester ketiga.


ASMA

Kehamilan bisa mempengaruhi penderita asma, sebaliknya asma juga bisa mempengaruhi kehamilan, yaitu bisa menghambat pertumbuhan janin atau memicu terjadinya persalinan prematur.

Serangan asma yang ringan diatasi dengan pemberian bronkodilator hirup (misalnya isoproterenol), yang akan memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru. Tetapi obat ini tidak boleh terlalu sering digunakan.

Serangan asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infus aminofilin.
Serangan asma yang sangat berat (status asmatikus) diatasi dengan pemberian infus kortikosteroid.
Jika terdapat infeksi, diberikan antibiotik.

Setelah suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung teofilin untuk mencegah serangan lanjutan.
Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh ibu hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.


LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

Lupus adalah suatu penyakit autoimun yang bisa muncul pertama kali pada saat hamil, atau semakin memburuk pada saat hamil atau semakin membaik pada saat hamil.
Pengaruh kehamilan terhadap lupus tidak dapat diramalkan, tetapi kekambuhan paling mungkin terjadi segera setelah persalinan.

Penderita lupus seringkali memiliki riwayat keguguran berulang, kematian lahir pada pertengahan kehamilan, pertumbuhan janin yang terhambat (IUGR, intrauterine growth retardation) dan persalinan prematur.

Antibodi yang menyebabkan terjadinya lupus bisa melewati plasenta dan menyebabkan denyut jantung yang sangat lambat, anemia, penurunan jumlah trombosit atau sel darah merah pada janin.
Antibodi ini secara perlahan akan menghilang dalam beberapa minggu setelah bayi lahir.


ARTRITIS REMATOID

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun yang seringkali membaik selama kehamilan. Hal ini terjadi mungkin karena selama hamil, kadar hidrokortison di dalam darah meningkat.
Penyakit ini tidak mempengaruhi janin, tetapi mungkin akan timbul kesulitan dalam persalinan jika artritis menyerang persendian pinggul atau tulang belakang bagian bawah.


MIASTENIA GRAVIS

Miastenia Gravis adalah suatu penyakit autoimun yang menyebabkan kelemahan otot.
Pada saat persalinan, penderita mungkin memerlukan ventilator untuk membantu pernafasannya.

Antibodi penyebab miastenia gravis bisa melewati plasenta, sehingga 20% bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita penyakit ini juga menderita miastenia gravis. Tetapi karena antibodi ibu secara perlahan akan menghilang dan bayi tidak membentuk antibodi sejenis ini, maka kelemahan otot pada bayi biasanya bersifat sementara.


PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPATIK

Purpura Trombositopenik Idiopatik merupakan suatu penyakit autoimun, dimana jumlah trombosit dalam darah sangat menurun, kemungkinan karena adanya antibodi yang menghancurkan mereka. Akibatnya penderita mudah mengalami perdarahan.
Jika selama hamil tidak diobati, penyakit ini cenderung akan memburuk.

Antibodi bisa melewati plasenta dan menyebabkan berkurangnya trombosit pada janin sebelum atau segera setelah dilahirkan. Bayi bisa mengalami perdarahan selama persalinan, yang mungkin akan menyebabkan cedera atau kematian, terutama jika perdarahan terjadi di dalam otak.

Dengan melakukan analisa terhadap sejumlah contoh darah dari korda umbilikalis, bisa diketahui adanya antibodi dan kadar trombosit yang rendah pada janin.
Jika pada janin ditemukan antibodi, maka dilakukan operasi sesar untuk mencegah terjadinya trauma kelahiran yang bisa menyebabkan perdarahan pada otak bayi.
Antibodi akan menghilang dalam waktu 21 hari dan darah bayi akan kembali membeku secara normal.

Kortikosteroid bisa memperbaiki pembekuan darah pada wanita hamil tetapi efeknya tidak berlangsung lama.

Untuk memperbaiki pembekuan darah bisa diberikan infus gamma globulin dosis tinggi, sehingga persalinan bisa dimulai dan persalinan bisa dilakukan secara normal tanpa perdarahan yang berat.

Transfusi trombosit dilakukan hanya jika dilakukan operasi sesar uantuk melindungi bayi dan jika jumlah trombosit ibu sangat sedikit sehingga bisa menyebabkan perdarahan hebat.
Jika setelah dilakukan pengobatan kadar trombosit tetap rendah, kadang dilakukan splenektomi (pengangkatan limpa). Saat yang paling tepat untuk melakukan splenektomi adalah pada pertengahan kehamilan.


PEMBEDAHAN PADA SAAT HAMIL

Apendisitis (peradangan usus buntu) bisa menyebabkan nyeri kram yang menyerupai kontraksi rahim.
Jika apendisitis menimbulkan masalah, maka segera dilakukan apendektomi (pengangkatan usus buntu) karena apendisitis yang pecah bisa berakibat fatal.
Apendektomi tidak membahayakan janin dan tidak menyebabkan keguguran.

Kista ovarium bisa terjadi selama hamil dan bisa menyebabkan nyeri kram.
Jika kista ini jinak, pembedahan biasanya ditunda sampai usia kehamilan mencapai 12 minggu.
Jika kista terus membesar atau nyeri bila ditekan, maka pembedahan bisa dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu karena kemungkinan penyebabnya adalah kanker atau abses.

Kelainan kandung empedu kadang terjadi selama hamil. Jika keadaannya tidak membaik, maka dilakukan pembedahan.

Penyumbatan usus bisa terjadi selama kehamilan.
Jika terbentuk gangren (kematian jaringan usus) dan peritonitis (peradangan selaput rongga perut), maka nyawa ibu terancam dan bisa terjadi keguguran.

Biasanya dilakukan pembedahan eksplorasi jika timbul gejala penyumbatan usus, terutama jika penderita pernah menjalani pembedahan perut atau infeksi perut.

Tidak ada komentar: